TRADISI CANTA NATAL di KONGA – FLORES TIMUR
( PENJEMPUTAN TUAN MENINU / AMANINU )
Ada lagi sebuah tradisi lain di Konga
pada hari raya Natal, yakni pada malam Natal ada upacara penjemputan patung
bayi Yesus “ TUAN MENINU / AMANINU “
oleh confreria dan dihantar ke Gereja
Meter Dolorosa. Amaninu ini adalah
patung bayi Yesus yang sedang memegang bola dunia dan terbuat dari gading.
Tentang asal usul patung ini menurut
“almahrum Bp.Lodovikus Dalu de Ornay” dan “ almahrum Bp.stanislaus Doweng de
Ornay” sekitar tahun 1800-an ada sekelompok orang Portugis yang datang dari
Malaka singgah di Konga. Mereka sebetulnya mau ke Solor akan tetapi karena
benteng Solor sudah hancur (kehancuran benteng Portugis di solor / Lohayong ini
menyebabkan misi solor akhirnya pindah ke Larantuka ) maka mereka kemudian hendak
melanjutkan perjalanan ke Timor – Timur. Namun sebelumnya mereka singgah di
Konga. Patung Amaninu ini sebetulnya mau mereka
serahkan kepada misi Solor / orang serani yang baru dibaptis di Solor sebagai
hadiah dari seorang bangsawan di Portugal.
Tetapi mereka lau memutuskan untuk
menyerahkan Patung ini kepada orang Konga. Agar keselamatan/keamanan patung itu
terjaga maka yang harus menyimpan, merawat dan menjaga Patung itu adalah orang
– orang dari keturunan bangsawan. Maka patung itu kemudian diserahkan kepada “
Bp. SINYO LUI De ORNAY “ yang pada waktu itu masih muda belum menikah. Sejak
saat itu Amaninu disimpan oleh
keturunan Sinyo Lui De Ornay sampai saat ini. Dan untuk menghormati Amaninu ini sejak saat itu setiap malam
Natal Amaninu selalu dijemput dan
dihantar ke gereja . Dan supaya selama Amaninu
berada di gereja / kapela “ kapela terada kelang kabo “ maka perlu ada “ mardomu yang tanggo lileng bua terang kapela “. Maka sejak saat itu juga diadakan acara “ serah punto dama Natal” yang sebelumnya
tidak ada, yang sudah ada di Konga waktu itu hanya “ Punto
dama Paskah “.
Pada waktu penjemputan itulah lagu –
lagu ini dinyanyikan oleh confreria (
dalam bahasa Portugis ). Tentu yang memahami bahasa Portugis tau ada banyak
kesalahan dalam syair maupun lafalnya tapi karena dari “ doeloe “nya sudah
begitu mereka tetap menyanyikan seperti itu. SEKIAN
Pulau konga |
Penulis
( Alm. Bpk. Ady L. Kwen )
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus