12 April 2016

TRADISI CANTA NATAL di KONGA ( PENJEMPUTAN TUAN MENINU / AMANINU )



TRADISI CANTA NATAL di KONGA – FLORES TIMUR
( PENJEMPUTAN TUAN MENINU / AMANINU )

Ada lagi sebuah tradisi lain di Konga pada hari raya Natal, yakni pada malam Natal ada upacara penjemputan patung bayi Yesus “ TUAN MENINU / AMANINU “ oleh confreria dan dihantar ke Gereja Meter Dolorosa. Amaninu ini adalah patung bayi Yesus yang sedang memegang bola dunia dan terbuat dari gading.
Tentang asal usul patung ini menurut “almahrum Bp.Lodovikus Dalu de Ornay” dan “ almahrum Bp.stanislaus Doweng de Ornay” sekitar tahun 1800-an ada sekelompok orang Portugis yang datang dari Malaka singgah di Konga. Mereka sebetulnya mau ke Solor akan tetapi karena benteng Solor sudah hancur (kehancuran benteng Portugis di solor / Lohayong ini menyebabkan misi solor akhirnya pindah ke Larantuka ) maka mereka kemudian hendak melanjutkan perjalanan ke Timor – Timur. Namun sebelumnya mereka singgah di Konga. Patung Amaninu ini sebetulnya mau mereka serahkan kepada misi Solor / orang serani yang baru dibaptis di Solor sebagai hadiah dari seorang bangsawan di Portugal.
Tetapi mereka lau memutuskan untuk menyerahkan Patung ini kepada orang Konga. Agar keselamatan/keamanan patung itu terjaga maka yang harus menyimpan, merawat dan menjaga Patung itu adalah orang – orang dari keturunan bangsawan. Maka patung itu kemudian diserahkan kepada “ Bp. SINYO LUI De ORNAY “ yang pada waktu itu masih muda belum menikah. Sejak saat itu Amaninu disimpan oleh keturunan Sinyo Lui De Ornay sampai saat ini. Dan untuk menghormati Amaninu ini sejak saat itu setiap malam Natal Amaninu selalu dijemput dan dihantar ke gereja . Dan supaya selama Amaninu berada di gereja / kapela “ kapela terada kelang kabo “ maka perlu ada “ mardomu yang tanggo lileng bua terang kapela “.  Maka sejak saat itu juga diadakan acara “ serah punto dama Natal” yang sebelumnya tidak ada, yang sudah ada di Konga waktu itu hanya  Punto dama Paskah “.
Pulau konga
 Pada waktu penjemputan itulah lagu – lagu ini dinyanyikan oleh confreria ( dalam bahasa Portugis ). Tentu yang memahami bahasa Portugis tau ada banyak kesalahan dalam syair maupun lafalnya tapi karena dari “ doeloe “nya sudah begitu mereka tetap menyanyikan seperti itu. SEKIAN

Penulis

( Alm. Bpk. Ady L. Kwen )









1 komentar: